Gairah Menggali Kesalahan Orang Lain



Dalam kehidupan yang majemuk, kita tidak bisa menghindar dari manusia lain yang juga diciptakan dengan sifat lalai dan njaraknya masing-masing. Karena, sudah familiar sekali “الإنسان محل الخطأ و النسيان”, manusia adalah tempat kesalahan dan kelalaian.         

Melihat fenomena yang terjadi di sirkel kehidupan kita, keluarga, teman, media sosial kita. yang ramai diperbincangkan adalah kesalahan-kesalahan orang lain. Tetangga yang lalai membiarkan ayamnya nelek di halaman rumah “pitek karo seng nduwe podo gendeng’e,” saudara yang lalai tidak mengundang salah satu anggota keluarga “delok, wong kok ora ileng cilik’e biyen aku seng ngeramut.” pemuka agama yang lalai dalam menata kata ketika pengajian live streaming “ketoro sekolah’e ngantok.”.  

Padahal dengan kesalahannya masing-masing, manusia diperintahkan untuk intropeksi dan upgrade menuju laku yang lebih baik. sebagaimana ayat;

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَّا قَدَّمَتْ لِغَدٍۚ وَاتَّقُوا اللّٰهَ ۗاِنَّ اللّٰهَ خَبِيْرٌ ۢبِمَا تَعْمَلُوْنَ

 Hai orang-orang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah di perbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Hasyr: 18).

Tapi apa yang malahan terjadi?, banyak manusia yang sibuk berpartisipasi dalam ajang mencari kesalahan orang lain dan lupa akan kesalahan yang satu menit lalu telah diperbuatnya.

            Tajassus, mencari-cari berita dan menyelidiki sesuatu yang rahasia yang bisa juga diartikan sebagai kegiatan mencari-cari kesalahan orang lain, resmi dilarang oleh agama. Sebagaimana difirmankan;
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اجْتَنِبُوا كَثِيرًا مِنَ الظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ إِثْمٌ ۖ وَلَا تَجَسَّسُوا

Wahai orang-orang yang berimanJauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. Dan janganlah kamu melakukan tajassus (mencari-cari keburukan orang).

            Disamping kita harus tau diri, mengerti kesalahan kita sendiri dan tidak mencari-cari kesalahan orang lain, kita juga dianjurkan untuk bisa menutupi kesalahan atau aib orang lain.

"Barang siapa menutupi aib seorang Muslim, Allah akan menutupi aib orang tersebut di dunia dan akhirat." (HR. Ibnu Majah).

Bukan malah sebaliknya, kita menyebar dan asik membahas aib orang lain.

اِنَّ الَّذِيْنَ يُحِبُّوْنَ اَنْ تَشِيْعَ الْفَاحِشَةُ فِى الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لَهُمْ عَذَابٌ اَلِيْمٌۙ فِى الدُّنْيَا وَالْاٰخِرَةِۗ وَاللّٰهُ يَعْلَمُ وَاَنْتُمْ لَا تَعْلَمُوْنَ

 Sesungguhnya orang-orang yang menyenangi tersebarnya perbuatan keji di kalangan orang-orang beriman, mereka memperoleh azab yang pedih di dunia dan di akhirat (QS. An Nur: 19).

            Mari kita ingat bahwa manusia tidak melulu berbuat tidak baik. Pasti banyak sekali perbuatan baik yang dilakukan. Coba kita fokus menghargai perbuatan-perbuatan baik yang di perbuat.

Tapi memang, ibarat kertas putih kosong tidak akan mertarik, kertas putih ternodai tinta siapa yang tidak tertarik. Wallohu a’lam. []


*Tulisan ini diketik sangat mendadak sekali pada Kamis 10 Februari 2022 pukul 00:12, Teruntuk manusia yang semoga berbahagia di hari bertambah usianya entah keberapa itu tidak penting. Muhammad Muslim, semoga milyaran barokah tertuju padamu.


Komentar

Postingan Populer